-->

Kareo Padi, White-breasted Waterhen, Amaurornis phoenicurus




Kareo Padi
White-breasted Waterhen
Amaurornis phoenicurus (Pennant, 1769)

Ciri Umum
Burung Kareo padi dewasa berukuran cukup besar dengan panjang sekitar 30 cm, bulu berwarna abu dan warna putih mencolok. Pada mahkota dan tubuh di bagian atasnya berwarna abu – abu, kemudian pada muka, dada, dahi, dan di bagian atas perutnya berwarna putih, sedangkan bagian bawah perut dan pada ekor bagian bawah berwarna merah karat.

Warna iris matanya merah, paruh kehijauan dengan warna pangkalnya merah dan kaki kuning.

Bentuk tubuh dari burung kareo padi tampak ramping dengan bulu ekor yang pendek, sedangkan paruh serta kakinya lumayan panjang dan kurus.

Habitat dan Kebiasaan
Burung kareo padi biasanya hidup menetap di dataran yang rendah sampai ketinggian sekitar 1.600 m diatas permukaan laut dan tersebar merata di seluruh Sunda Besar.

Umumnya burung ini hidup sendirian, terkadang terlihat hingga tiga ekor.

Akan keluar dari tempat persembunyiannya ke tempat terbuka jika hendak mencari makanannya yang berupa biji - bijian, serangga, cacing, dan juga siput kecil.

Selain itu, burung ini juga mempunyai kebiasaan memanjat - manjat di semak dan pohon kecil.

Sarangnya disembunyikan di antara alang - alang atau semak belukar yang sangat padat, dibuat hingga 2 meter di atas permukaan tanah dengan bentuk cekungan yang dangka, alas sarangnya tersusun dari ranting kecil dan batang tumbuhan serta dedaunan.

Ketika sedang berjalan, ekornya biasanya ditegakkan, suka mengendap - ngendap dalam celah – celah semak yang lembab.

Burung Kareo padi berbiak sepanjang tahun. Suara burung ini “uwok-uwok” dan terdengar sangat ribut, beberapa ekor terkadang bersuara bersama terdengar seperti dengkuran, ketukan dan kuikan yang berlangsung hingga 15 menit pada siang dan malam hari.

Kode Suara
Xeno-canto XC105148

Perjumpaan
Biasanya burung ini dapat dijumpai di rerumputan rawa, sawah, sekitar hutan bakau, dan secara umum di lahan - lahan yang berair. Masih sama habitatnya dengan burung tikusan alis putih, tikusan merah, mandar padi kalung kuning, mandar padi sintar dan mandar batu.

Dulu burung ini mudah dijumpai disetiap persawahan padi, namun kini jumlahnya sudah jauh berkurang karena penangkapan dan perburuan. Di sawah pun sebagian besar sudah sulit dijumpai terutama pada persawahan menggunakan pestisida berbahan kimia yang membuat lumpur dan tanah tercemari sehingga makanan yang tersedia buat burung ini sudah tidak ada atau sedikit. Seperti contoh pada foto diatas, pengamat mendokumentasikannya di areal perumahan yang belum selesai, sepertinya burung ini tinggal di rimbunan alang – alang dekat parit kecil menjauh dari habitat aslinya dan berusaha beradaptasi untuk bertahan hidup.
LihatTutupKomentar