Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Itik Benjut, Sunda Teal, Anas gibberifrons




Itik Benjut
Sunda Teal
Anas gibberifrons (S. Müller, 1842)

Ciri Umum
Tubuh itik benjut dewasa berukuran sedang dengan perkiraan panjang sekitar 42 cm. Bulu berwarna coklat abu - abu. Pada mahkota tampak coklat gelap kemerahan. Di muka dan lehernya kekuningan, terkadang hampir putih. Kemudian bagian sisi dan punggungnya berwarna coklat kemerahan. Sayap berspekulum kehitaman berbaur hijau - biru mengkilap. Sewaktu terbang terlihat warna bulu ketiaknya putih dan terlihat juga bercak putih di depan spekulum.

Pada burung yang berjenis kelamin jantan berukuran sedikit lebih besar dari yang betina dan juga ada tonjolan tulang lebih besar tampak jelas pada dahinya (khas penamaan “benjut” pada spesies ini).

Warna iris matanya coklat merah, paruh abu - abu kebiruan dengan bercak kuning dekat ujungnya, kaki berselaput dan tungkainya abu - abu.

Habitat dan Kebiasaan
Biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok yang kecil di daerah rawa mangrove, rawa payau tepi pantai, kolam, dan sungai. Sering juga terlihat sampai jauh ke pedalaman.

Bersarang di permukaan tanah,Sarangnya berupa tumpukan dari bulu halus pada lubang - lubang pohon atau celah pohon atau juga lubang bekas sarang kelinci. Telur itik benjut berwarna krem, berjumlah hingga 10 butir dalam periode sekali berbiak pada bulan april hingga bulan november.

Kode Suara
Xeno-canto XC93425

Perjumpaan
Sebanyak kurang lebih 15 ekor individu teramati di rawa payau pesisir pantai taman wisata alam gunung tunaq yang berada di tenggara pulau lombok. Kadang tampak juga bercampur dengan kerbau di kubangan. Pengamat sebaiknya tiarap untuk mendekati burung ini hingga jarak 10 meter kemudian dapat segera memotretnya. Bentuk kepala yang khas menyerupai benjolan di dahi membuat pengamat dengan segera dapat mengenalinya, seperti keluarga anatidae lainnya, itik bejut tampak lebih sering di permukaan air sewaktu mencari makan.

Lokasi perjumpaan dengan itik benjut sangat dekat dengan titik pengamatan burung buntut-sate putih, jadi pengamat bisa mendokumentasikan dua spesies berbeda dalam satu lokasi pengamatan.